Pare yang Tidak Selalu Pahit
Friday, Mar 6th 2015

JAKARTA, JIA XIANG - Bila menyebut buah ini, maka yang terbayang oleh kita rasanya yang pahit seperti obat atau jamu. Namun untuk masyarakat di kawasan Asia, khususnya negara-negara tropis, amat menyukainya. Bukan dikonsumsi sebagai buah segar, tapi diolah sebagai lauk pauk.

Pare, demikian buah ini kondang di Tanah Air. Rasanya yang pahit merupakan salah satu karakteristik khas buah yang berasal dari kawasan Asia Tropis, tertuma wilayah India bagian barat, yakni Assam dan Burma.

Tanaman yang masuk keluarga suku labu-labuan atau cucurbitaceae ini tidak sulit membudidayakannya. Masyarakat di pedesaan kerap menjadikan tanaman yang merambat ini untuk mendekor pagar pekarangan rumah. Artinya, masyarakat memanfaatkan pagar pekarangannya sebagai tempat rambatan pohon pare. Apalagi tanaman pare tidak terlalu membutuhkan banyak sinar matahari. Di lahan yang masih terlindungi oleh pepohonan, tanaman pare dapat tumbuh dengan baik.

Pare yang juga disebut peria wujudnya memang kurang menarik. Permukaan kulit buah pare, yang bulat memanjang, terdapat banyak benjolan kecil-kecil. Buah ini biasanya dipanen saat masih berwarna hijau atau belum terlalu matang. Yang sudah matang, kulit buahnya menjadi berwarna oranye. Namun rasanya tetap pahit.

Di kawasan Asia, seperti India, Filipina, Taiwan dan Vietnam, pare biasanya diolah menjadi obat tradisional. Pare yang diolah menjadi obat memang diyakini dapat menyembuhkan banyak penyakit. Dari hasil penelitian ahli kesehatan, pare mengandung insulin sayuran atau polipeptida yang merupakan senyawa yang menyerupai protein insulin. Tidak hanya itu, pare pun mengandung alkaloid (momordicine), asam folat, elasterol, glikosida (momordin dan charantin), dan hydroxytryptamine. Vitamin pun, seperti  vitamin A, B1, B2, C dan vitamin E melengkapi kandungan bermanfaat di buah pare. Dan buah ini pun mengandung sejumlah mineral seperti fosfor, tembaga, zing, zat besi dan mangan.

Kandungan senyawa seperti peptide menyerupai insulin, sehingga senyawa ini dapat menurunkan kadar glukosa dalam darah dan urine. Selain peptide, zat aktif charantin juga dapat menurunkan kadar glukosa dalam darah. Buah pare yang belum matang berkhasiat untuk peluruh dahak, membersihkan darah dari racun, dan meningkatkan nafsu makan, atau stomakik.Sedangkan pare yang sudah matang bisa untuk tonik pada lambung, peluruh haid dan sebagai antikanker, terutama leukemia.

Di daratan Tiongkok, pare merupakan buah dan sayuran yang populer. Masyarakat di sana menamainya ku gua. Di Indonesia, siapa tak kenal dengan siomai, hidangan dim sum. Cara menyajikan siomai tidak semata dibungkus oleh kulit tipis yang terbuat dari tepung terigu. Di kedai-kedai yang menawarkan masakan Tionghoa, ada siomai yang terbungkus kulit buah pare.

Siomai yang terbungkus kulit buah pare sangat banyak penggemarnya di sini. Sudah barang tentu rasa parenya sudah tidak terlalu pahit. Bahkan ada yang sama sekali tidak berasa pahit dan malah merenyahkan siomai yang bahan utamanya daging ayam dan udang. Dan untuk menghilangkan rasa pahit pare sudah tidak lagi dirahasiakan langkah-langkahnya. Dengan demikian bagi yang gemar akan hidangan ini, tidak perlu khawatir rasa pahit pare yang seakan lama hilangnya dari indera pengecap alias lidah. [JX/ berbagai sumber/G. Windrarto]

Back to Daily Tips List

Daily Tips

Jangan Keliru Bedakan Pisang Lampung dan Pisang EmasMonday, Jul 16th 2018

Serupa tapi tak sama, adalah kata yang sepadan untuk menggambarkan pisang Lampung dan pisang emas.

Read more